1. Mengukur dengan satuan tidak baku
a. Mengukur panjang
Untuk mengukur panjang dengan satuan tidak baku dapat digunakan beberapa alat atau satuan, diantaranya ; depa, jengkal, dan hasta.
b. Mengukur Waktu
Alat ukur waktu dengan satuan tidak baku adalah jam pasir. Alat ini menyatakan selang waktu yang dilalui seseorang/kelompok untuk melaksanakan kegiatannya.
c. Mengukur Massa
Seperti disampaikan sebelumnya, gelas merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur massa benda dengan satuan tidak baku. Selain itu, dapat juga digunakan tempurung(batok)kelapa atau kaleng.
2. Mengukur dengan satuan baku.
a. Mengukur Panjang
Telah diketahui bahwa satuan baku untuk besaran panjang adalah meter(m). Satu meter dinyatakan sebagai 1 : 299.792.458 jarak perjalanan cahaya dalam ruang hampa selama 1 detik.
Alat ukur panjang yang telah menggunakan SI adalah mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Mistar digunakan untuk mengukur benda dengan ketelitian 0,05 cm dan 0,5 mm. Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter pipa dan ketebalan benda tipis dengan ketelitian 0,1 mm, sedangkan mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter benda bundar, seperti kelereng/peluru dan plat yang sangat tipis. Ketelitian mikrometer sekrup mencapai 0,01 mm.
teks
Selasa, 12 November 2013
Besaran Dan Satuan
Dahulu kala, orang menggunakan anggota tubuh atau barang lain yang ada di sekitarnya sebagai alat ukur. Satu tempat dengan tempat lain memiliki alat ukur yang berbeda-beda. Bangsa Mesir kuno misalnya, untuk mengukur panjang mereka menggunakan hasta, yaitu panjang lengan dari siku sampai ke ujung jari.
Di wilayah lain, digunakan ukuran depa, tangan, juga kaki untuk menghitung panjang suatu benda.Makin terbukanya lalulintas antar wilayah melalui perdagangan, mengakibatkan dirasakannya ketidak efektifan penggunaan alat yang berbeda-beda ini.
Sekitar 1.000 tahun yang lalu, sebuah batang besi yang disebut yard standard disimpan di kota Winchester, Inggris Selatan. Ketika pemerintahan Raja Henry I ( 1100 - 1135), panjang lengan sang raja menjadi yard standard.
Mengukur, artinya membandingkan besaran yang diukur dengan suatu besaran/patokan yang disbut Satuan. Yang dimaksud dengan besaran dalam hal ini adalah sesuatu yang dapat diukur. serta memiliki nilai dan satuan. Sementara, satuan adalah istilah yang menunjukkan banyaknya (kuantitas) suatu besaran.
Contoh :
Ketika mengukur tinggi badannya, Ihsan melihat alat ukur yang digunakan menunjukkan angka 167 cm. Tentukanlah besaran, satuan, dan kuantitas/nilai pengkuruan.
Jawab :
Besaran : tinggi(panjang)
Satuan : cm
Kuantitas pengukuran : 167
A. Satuan
Satuan sebagai hasil pengukuran yang berbeda dan hanya digunakan di wilayah tertentu disebut satuan tidak baku. Untuk memenuhi kebutuhan tentang adanya kesamaan hasil pengukuran, para ahli pada Conference Generate des Poids el Measure(CGPM) menyeragamkan satuan yang dikenal sebagai Sistem Internasional (SI). SI dikenal juga dengan sebutan sistem metrik yang terbagi menjadi dua, yaitu sistem CGS dan MKS.
Perhatikan satuan berdasarkan sistem metrik pada tabel berikut.
Dalam SI, untuk mengubah dari satuan CGS ke satuan MKS atau sebaliknya , dapat dilakukan dengan cara konversi yang salah satu caranya adalah menggunakan tangga konversi. Berikut ini adalah contoh tangga konversi.
Setiap naik satu langkah, bilangan asal dibagi 10 dan setiap turun satu bilangan asal dikali 10. Misalnya ketika kita mengubah dari satuan mm ke satuan dm, maka bilangan pada satuan mm harus dibagi 100 karena dari mm ke dm naik dua langkah. Jadi 300 mm = 300 dm : 100 dm = 3 dm.
B. Satuan
Dalam Fisika, besaran digolongkan menjadi dua yakni, besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang terdiri dari satu satuan,sedangkan Besaran turunan adalah besaran yang memuat lebih dari satu satuan.
1. Besaran pokok
Besaran pokok adalah besaran yang menjadi dasar atau pangkal untuk menyusun besaran lain.Conference Generate des Poids el Measure(CGPM) pada tahun 1960 memutuskan tujuh besaran pokok seperti tercantum pada tabel berikut.
Di wilayah lain, digunakan ukuran depa, tangan, juga kaki untuk menghitung panjang suatu benda.Makin terbukanya lalulintas antar wilayah melalui perdagangan, mengakibatkan dirasakannya ketidak efektifan penggunaan alat yang berbeda-beda ini.
Sekitar 1.000 tahun yang lalu, sebuah batang besi yang disebut yard standard disimpan di kota Winchester, Inggris Selatan. Ketika pemerintahan Raja Henry I ( 1100 - 1135), panjang lengan sang raja menjadi yard standard.
Mengukur, artinya membandingkan besaran yang diukur dengan suatu besaran/patokan yang disbut Satuan. Yang dimaksud dengan besaran dalam hal ini adalah sesuatu yang dapat diukur. serta memiliki nilai dan satuan. Sementara, satuan adalah istilah yang menunjukkan banyaknya (kuantitas) suatu besaran.
Contoh :
Ketika mengukur tinggi badannya, Ihsan melihat alat ukur yang digunakan menunjukkan angka 167 cm. Tentukanlah besaran, satuan, dan kuantitas/nilai pengkuruan.
Jawab :
Besaran : tinggi(panjang)
Satuan : cm
Kuantitas pengukuran : 167
A. Satuan
Satuan sebagai hasil pengukuran yang berbeda dan hanya digunakan di wilayah tertentu disebut satuan tidak baku. Untuk memenuhi kebutuhan tentang adanya kesamaan hasil pengukuran, para ahli pada Conference Generate des Poids el Measure(CGPM) menyeragamkan satuan yang dikenal sebagai Sistem Internasional (SI). SI dikenal juga dengan sebutan sistem metrik yang terbagi menjadi dua, yaitu sistem CGS dan MKS.
Perhatikan satuan berdasarkan sistem metrik pada tabel berikut.
Dalam SI, untuk mengubah dari satuan CGS ke satuan MKS atau sebaliknya , dapat dilakukan dengan cara konversi yang salah satu caranya adalah menggunakan tangga konversi. Berikut ini adalah contoh tangga konversi.
Setiap naik satu langkah, bilangan asal dibagi 10 dan setiap turun satu bilangan asal dikali 10. Misalnya ketika kita mengubah dari satuan mm ke satuan dm, maka bilangan pada satuan mm harus dibagi 100 karena dari mm ke dm naik dua langkah. Jadi 300 mm = 300 dm : 100 dm = 3 dm.
B. Satuan
Dalam Fisika, besaran digolongkan menjadi dua yakni, besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang terdiri dari satu satuan,sedangkan Besaran turunan adalah besaran yang memuat lebih dari satu satuan.
1. Besaran pokok
Besaran pokok adalah besaran yang menjadi dasar atau pangkal untuk menyusun besaran lain.Conference Generate des Poids el Measure(CGPM) pada tahun 1960 memutuskan tujuh besaran pokok seperti tercantum pada tabel berikut.
2. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuan nya diperoleh dari gabungan satuan-satuan pokok. Sehingga, besaran turunan memiliki lebih dari satu satuan. Beberapa contoh besaran turunan dapat kamu lihat pada tabel berikut.
Sekian dulu dari saya..Kurangnya mohon dimaafkan.....Lebih nya mohon dikembalikan
Wassalamualaikum W.R W.B
Bye-Bye
Wassalamualaikum W.R W.B
Bye-Bye
Pengenalan Mikroskop
Mikroskop
Mikroskop (Bahasa yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Pada tahun 1600-an Antonie van Leeuwenhoek menemukan mikroskop.
Jenis-jenis mikroskop
Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan, adalah mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah benda yang ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut.Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel. Mikroskop monokuler merupakan mikroskop yang hanya memiliki 1 lensa okuler dan binokuler memiliki 2 lensa okuler. Berdasarkan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan, mikroskop dibagi menjadi 2 bagian, yaitu mikroskop sederhana (yang umumnya digunakan pelajar) dan mikroskop riset (mikroskop dark-field, fluoresens, fase kontras, Nomarski DIC, dan konfokal).
Cara Merawat Mikroskop
Mikroskop merupakan peralatan biologi atau yang perlu dirawat dengan baik. Pemeliharaan alat laboratorium sangat diperlukan dalam rangka kesinambungan kegiatan laboratorium, termasuk dalam hal ini pemeliharaan mikroskop. Beberapa ketentuan dalam hal pemeliharaan mikroskop adalah sebagai berkut :1. Mikroskop harus disimpan di tempat sejuk, kering, bebas debu dan bebas dari uap asam dan basa.Tempat penyesuaian yang sesuai ialah kotak mikroskop yang dilengkapi dengan silica gel, yang bersifat higroskopis, sehingga lingkungan sekitar mikroskop tidak lembab. Selain itu dapat pula diletakkan dalam lemari yang diberi lampu untuk mencegah tumbuhnya jamur, atau seperti gambar ini .
2. Bagian mikroskop non optik, terbuat dari logam atau plastik, dapat dibersihkan dengan menggunakan kain fanel. Untuk membersihkan debu yang terselip di bagian mikroskop tersebut dapat digunakan kuas kecil atau kuas lensa kamera.
3. Lensa-lensa mikroskop (okuler, objektif, dan kondensor) dibersihkan dengan menggunakan tisue lensa yang diberi alkohol 70%. Jangan sekali-kali membersihkan lensa menggunakan sapu tangan atau lap kain.
4. Sisa minyak imersi pada lens objektif dapat dibersihkan dengan xilol (xylene). Pada penggunaan xilol haruslah hati-hati, jangan sampai cairan xilol menempel pada bagian mikroskop non optik, karena akan merusak cat atau merusak bahan plastik, dan juga jangan menggunakan larutan ini kebagian lensa yang lain kecuali produsennya menyatakan bahwa tindakan tersebut aman.
5. Sebelum menyimpan mikroskop, bersihkan selalu mikroskop tersebut, terutama hapus semua minyak imersi di permukaan lensa, sehingga partikel yang halus tidak menempel dan menggumpal serta mengering. Minyak dan partikel halus pada lensa dapat mengaburkannya dan menyebabkan goresan. Hal ini menurunkan kemampuan lensa. Preparat yang tertinggal di atas meja mikroskop merupakan pertanda jelas suatukelalaian/kecerobohan.
6. Sebelum menyimpan mikroskop, meja mikroskop diatur lagi dan lensa objektif dijauhkan dari meja preparat dengan memutar alat penggeraknya ke posisi semula, kondensor diturunkan kembali, lampu dikecilkan intensitasnya lalu dimatikan (kalau mikroskop listrik).
Dengan mematuhi petunjuk penggunaan dan pemeliharaan mikroskop, diharapkan mikroskop dapat bertahan lebih lama untuk dipergunakan pada semua kegiatan laboratorium yang lainnya.
Langkah - Langkah Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.
Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:- Merumuskan masalah.
- Merumuskan hipotesis.
- Mengumpulkan data.
- Menguji hipotesis.
- Merumuskan kesimpulan.
Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.Mengenal Ilmu Biologi
Ilmu pengetahuan lahir dari suatu rangkaian aktivitas akal manusia yang
disusun secara sistematis, Syarat-syarat Ilmu pengetahuan yaitu:
1. Memiliki objek
Setiap ilmu umumnya membatasi diri pada segi kajian tertentu. Biologi memfokuskan pada objek makhluk hidup yang ada maupun yang pernah ada di dunia ini.
2. Memiliki metode
Berkembangnya ilmu pengetahuan tidak dapat terjadi secara kebetulan ataupun asal-asalan, melainkan mengikuti metode tertentu. Dalam mempelajari obyek kajian biologi digunakan metode ilmiah untuk
menemukan kebenaran.
3. Bersifat sistematis
Agar mudah dikaji, ilmu pengetahuan harus tersusun mulai yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
Konsep yang mendasari harus mengandung hubungan sedemikian rupa yang saling mendukung dan bukan saling bertentangan.
4. Universal
Kebenaran yang disajikan dalam ilmu pengetahuan harus berlaku secara umum. Dalam biologi, hukum-hukum atau kaidah ilmu yang ada juga berlaku secara umum.
5. Objektif
Pernyataan dalam suatu ilmu pengetahuan harus bersifat jujur, yaitu menggambarkan kondisi apa adanya, mengandung data atau informasi yang sebenarnya, bebas dari prasangka, kesenjangan, atau kepentingan pribadi.
6. Analitis
Kajian dari sebuah ilmu akan menuju hal-hal yang lebih khusus seperti bagian, sifat, peranan dan berbagai hubungan. Untuk memahami hal yang bersifat khusus perlu pengkajian secara khusus pula, sehingga terdapat antar hubungan bagian yang dikaji sebagai hasil analisa. Oleh karena itu, sebuah ilmu akan terbagi menjadi berbagai cabang ilmu dengan kajian yang lebih
khusus.
7. Verifikatif
Kebenaran dalam sebuah ilmu bukanlah bersifat mutlak tetapi bersifat terbuka atau verifikatif yang juga dikenal dengan kebenaran ilmiah. Artinya, sesuatu yang semula dianggap benar suatu saat mungkin menjadi salah bila ditemukan bukti-bukti baru yang menentang kebenaran sebelumnya.
1. Memiliki objek
Setiap ilmu umumnya membatasi diri pada segi kajian tertentu. Biologi memfokuskan pada objek makhluk hidup yang ada maupun yang pernah ada di dunia ini.
2. Memiliki metode
Berkembangnya ilmu pengetahuan tidak dapat terjadi secara kebetulan ataupun asal-asalan, melainkan mengikuti metode tertentu. Dalam mempelajari obyek kajian biologi digunakan metode ilmiah untuk
menemukan kebenaran.
3. Bersifat sistematis
Agar mudah dikaji, ilmu pengetahuan harus tersusun mulai yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
Konsep yang mendasari harus mengandung hubungan sedemikian rupa yang saling mendukung dan bukan saling bertentangan.
4. Universal
Kebenaran yang disajikan dalam ilmu pengetahuan harus berlaku secara umum. Dalam biologi, hukum-hukum atau kaidah ilmu yang ada juga berlaku secara umum.
5. Objektif
Pernyataan dalam suatu ilmu pengetahuan harus bersifat jujur, yaitu menggambarkan kondisi apa adanya, mengandung data atau informasi yang sebenarnya, bebas dari prasangka, kesenjangan, atau kepentingan pribadi.
6. Analitis
Kajian dari sebuah ilmu akan menuju hal-hal yang lebih khusus seperti bagian, sifat, peranan dan berbagai hubungan. Untuk memahami hal yang bersifat khusus perlu pengkajian secara khusus pula, sehingga terdapat antar hubungan bagian yang dikaji sebagai hasil analisa. Oleh karena itu, sebuah ilmu akan terbagi menjadi berbagai cabang ilmu dengan kajian yang lebih
khusus.
7. Verifikatif
Kebenaran dalam sebuah ilmu bukanlah bersifat mutlak tetapi bersifat terbuka atau verifikatif yang juga dikenal dengan kebenaran ilmiah. Artinya, sesuatu yang semula dianggap benar suatu saat mungkin menjadi salah bila ditemukan bukti-bukti baru yang menentang kebenaran sebelumnya.
Langganan:
Postingan (Atom)